
Kumpulan puisi romantis, benci tapi rindu. Seperti belahan jiwa yang bagaikan separuh nafas kekasih menjadi pelengkap kesempurnaan hidup seseorang.
Tapi ada kalanya takdir yang tak sesuai dengan yang diandaikan membuat kekasih menghilang entah kemana.
Puisi rindu tapi benci, puisi antara benci dan rindu di bawah ini bisa mencerminkan betapa kehilangan kekasih yang sangat menyedihkan hati.
Antara Benci dan Rindu
Kusendiri dalam kesuyinan
Kusendiri dalam keheningan
Ku tuliskan coret coretan tentangmu..
Yang telah menigis hari-hariku.
Kasih..ku rindu denganmu
Kasih..ku ingin kau tahu isi hatiku
Bahwa aku rindu..
Di bilang benci tapi aku rindu
Di bilang sayang tapi kauh jauh dariku..
Aku pun tak tahu apa isi hatiku
Apa aku sayang..
Apa aku benci..
Entahlah itu
Tapi yang sekarang ada di dalam hatiku sangat rindu
Rindu dengan canda tawamu
Rindu dengan manjamu..
Entah apa kau disana merindukanku..
Aku hanya diam dan ku pendan dalam hati tentang isi hatiku dan rinduku
Biarlah kau yang menjawab tentang semua in
Tanpa Rangkulan Tangan
Ada apa mereka mempermasalahkan terik?
Mengeluh mengenai hujan menyerbu bumi yang diam tanpa perlawanan?
Kepada apa mereka terus menggumpat? Tentang macet yang mengular sepanjang jalan pulang dan pergi
Untuk apa mereka tidak menghirup segar udara dalam pekat polusi?
Dunia indah meski matahari begitu semangat membuat kita berkeringat
Senyum tidak luntur saat deras hujan menghapusnya dari wajah kami
Rangkulan tangan memeluk pinggang seolah menjadi amunisi
Meyakinkan. Dunia masih indah dengan seribu keburukan hendak merusaknya
Dengar kah kau? Aku melafalkan jutaan kalimat itu. Dunia masih indah dengan seribu keburukan
Seolah petir yang menyusup dalam hujan
Aku tak memikirkan sebuah celah yang meruntuhkan kokoh pendirianku
Ya… sekarang aku tahu
Seribu keburukan menjadi lebih membahagiakan dengan tangan yang kau pelukkan
Sepasang Sepatu Lusuh
Gesekan angin memberikan celah rindu untuk cepat menyebar
Sebuah potongan aroma dusta telah ku kubur jauh ke dalam dasar bumi tanpa lelah
Aku menyerahkan diri pada waktu dan tak mengapa untuk menua
Erat temali diantara sela jari-jari adalah aspirin untuk setiap duka
Tidak perlu kau berusaha payah membuat aku mengaku
Setiap waktu detak jantungku akan menuliskan kata rindu
Kepada dia yang telah direnggut pergi
Kepada dia yang menemani sepatu lusuhku berlari
Menebar benih kasih dan rasa sakit
Aku menua bersama mimpi yang telah mati